Anak dan Media: “Pembelajaran
dari Film Kartun dan Film Boneka”
Pada jaman
sekarang, kemajuan teknologi sangatlah pesat. Banyak media yang menampilkan
tentang edukasi untuk anak-anak. Coba kita perhatikan siaran yang ada di
televisi, contoh yang di ambil adalah acara atau film “Jalan Sesama” dan “Mickey
Mouse Clubhouse”. Didalam film tersebut terdapat karakter-karakter yang disukai
oleh anak-anak. Selain itu sisi edukasi yang ditampilkan bisa diterima oleh
semua kalangan baik dari berbagai macam umur dan juga jenis kelamin. Berikut adalah
perbandingan dari kedua film tersebut.
Data Umum
|
Jenis: Film Kartun
Judul: Mickey Mouse Clubhouse “Goofy Baby”
Durasi: 10.31
|
Jenis: Film boneka
Judul: Jalan Sesama “Hujan Mati Lampu”
Durasi: 04.34
|
Penyampaian content
|
Berisi film tentang penyelesaian masalah yang
dikerjakan oleh mickey mouse dan kawan-kawan.
|
Berupa film yang berisi tentang boneka-boneka
karakter dan juga terdapat karakter manusia. Pada film tersebut tidak hanya
berisi tentang dialog antar karater, namun juga di selingi dengan nyanyian.
|
Content
|
Pada suatu hari mickey, donald, prof.Otto, dan
goofy sedang berada di laboratorium untuk mencoba peralatan baru prof. Otto,
yaitu mesin waktu. Kemudian goofy disuruh mencobanya, goofy ingin menjadi
seorang ksatria. Namun ada kerusakan pada mesin tersebut. Goofy berubah
menjadi bayidan semua orang terkejut. Kemudian mickey dan yang lainnya
mendapatkan tugas untuk menjaga goofy dan prof. Otto memperbaiki mesin waktu
tersebut...
|
Bercerita tentang karakter Jabrik si badak
bercula satu dan si putri yang ketakuatan karena pada saat itu sedang terjadi
hujan dan mati lampu. Mereka berdua berusaha untuk melawan ketakutan mereka.
Namun setiap kali ada suara petir, mereka berteriak ketakutan. Kemudian mereka
mencoba untuk mengusir ketakutan tersebut dengan cara bernyanyi, sehingga
hati mereka merasa senang. Tak lama lampu pun menyala dan kemudian pak Bagus
datang dan menjelaskan kenapa bisa terjadi mati lampu. Dan akhirnya mereka
bertiga bernyanyi bersama..
|
Tujuan/ materi yang ingin
disampaikan/ pelajaran yang bisa di ambil
|
Bagaimana bertanggung jawab atas tugas yang telah
di berikan serta bertanggung jawab atas apa yang telah di lakukan
|
Bagaimana cara mengatasi ketakutan ketika hujan
dan disertai mati lampu
|
Sasaran pembaca/ penonton
|
·
Sasaran penonton film ini lebih cocok
ditujukan untuk anak-anak sekolah dasar karena didalam film terebut terdapat
pembelajaran-pembelajaran yang banyak ditujukan pada anak-anak.
·
Cocok untuk semua jenis kelamin karena
karakter-karakter yang ada sangat diminati oleh anak-anak dan materi yang
disampaikan bisa mengena pada semua kalangan.
|
·
Semua umur namun lebih cocok untuk anak usia
sekolah dasar karena karakter di film tersebut lebih disukai oleh anak-anak.
·
Cocok untuk laki-laki dan perempuan karena di
film tersebut dapat diterima oleh semua jenis kelamin.
|
Pengemasan media (kelebihan
& kelemahan)
|
·
Isi dari film tersebut sangat menarik. Tujuan-tujuan
yang ingin disampaikan dibuat untuk mudah dingerti oleh anak-anak dan juga
orang dewasa.
·
Bahasa yang digunakan masih banyak menggunakan
bahasa inggris karena untuk bahasa indonesia sendiri filmnya masih sedikit yang
keluar.
|
·
Sesuai dengan masalah yang sering dihadapi
oleh anak-anak yang bermasalah dengan kegelapan,
·
Pada film tersebut tidak hanya menampilkan
karakter boneka saja tetapi juga karakter manusia seperti pak Bagus
|
Teori yang relevan
|
Pada teori
Sosial Learning milik Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa “sebagian besar
manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku
orang lain”. Inti dari pembelajaran social adalah pemodelan (modelling), dan
pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran
terpadu.
|
Analisa dari kedua media:
Data di atas memiliki media yang
sama, yaitu media film. Film merupakan salah satu media yang sangat dekat
dengan anak-anak saat ini. Melalui film anak-anak dapat belajar banyak hal,
entah itu baik maupun yang buruk. Pada kedua film tersebut sama-sama memiliki
sisi edukasi atau pembelajaran. Pada teori milik Albert Bandura yaitu Sosial Learning dijelaskan bahwa inti
dari pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini
merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran. Pada anak-anak
yang suka melihat film, tingkah laku mereka bisa muncul karena ia melihat dan
memodelling tingkah laku yang ada pada film tersebut. Sehingga modelling ini
apabila tidak di arahkan pada jalur yang benar akan berdampak pada tingkah
lakunya yang menjurus pada hal yang negatif. Peran orang tua sangatlah penting
dalam penbentukan perilaku dan kepribadian anak. Di masa teknologi yang canggih
ini, anak-anak bisa mendapatkan segala macam informasi. Disini orang tua
dituntut untuk selalu mengawasi anak-anaknya.
Film di atas bisa menjadi contoh
untuk media pembelajaran bagi anak. Karena film tersebut memiliki banyak sekali
sisi edukasinya. Apabila si anak bisa mencontoh perilaku yang ada pada film
tersebut, merupakan suatu hal yang baik bagi anak itu sendiri. Namun ada sisi
dimana anak kurang bisa mengerti apa yang di maksudkan pada film-film edukasi
seperti itu, sehingga peran orang tua untuk menjelaskan tujuan dan inti film
sangatlah diperlukan. Teori pembelajaran social berdasarkan
pada penjelasan yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar daripada
tingkah laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran
sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi,
teori-teori
sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks social dimana tingkah laku ini
muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak peristiwa pembelajaran terjadi
dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, sewaktu melihat tingkah laku orang
lain, individu akan belajar meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal
tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya. Sehingga pembelajaran bagi anak-anak
bisa di ambil dari mana saja, tanpa terkecuali film edukasi seperti di atas.
My opinion / Conclusion:
Dari kedua film di atas, saya lebih
menyukai “Jalan Sesama” karena dalam film tersebut terdapat pembelajaran yang
lebih universal, maksudnya pada film tersebut tidak monoton dalam
menyelesaikan masalah dan banyak diselingi hiburan atau nyanyian yang
ditujukan untuk menyelesaikan suatu masalah tersebut. Sehingga anak yang menonton tidak
bosan. Sedangkan pada film “Mickey Mouse Clubhouse”, menurut saya hanya menang
di kartun karena kartun memang sangat menarik bagi anak-anak. Namun penyampaian
tentang tujuan yang ingin di ungkapkan kurang bisa mengena pada anak-anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar