Minggu, 24 Juni 2012

Anak dan Media: “Pembelajaran dari Film Kartun dan Film Boneka”


Anak dan Media: “Pembelajaran dari Film Kartun dan Film Boneka”
Pada jaman sekarang, kemajuan teknologi sangatlah pesat. Banyak media yang menampilkan tentang edukasi untuk anak-anak. Coba kita perhatikan siaran yang ada di televisi, contoh yang di ambil adalah acara atau film “Jalan Sesama” dan “Mickey Mouse Clubhouse”. Didalam film tersebut terdapat karakter-karakter yang disukai oleh anak-anak. Selain itu sisi edukasi yang ditampilkan bisa diterima oleh semua kalangan baik dari berbagai macam umur dan juga jenis kelamin. Berikut adalah perbandingan dari kedua film tersebut.
Data Umum
Jenis: Film Kartun
Judul: Mickey Mouse Clubhouse “Goofy Baby”

Durasi: 10.31
Jenis: Film boneka
Judul: Jalan Sesama “Hujan Mati Lampu”

Durasi: 04.34
Penyampaian content
Berisi film tentang penyelesaian masalah yang dikerjakan oleh mickey mouse dan kawan-kawan.
Berupa film yang berisi tentang boneka-boneka karakter dan juga terdapat karakter manusia. Pada film tersebut tidak hanya berisi tentang dialog antar karater, namun juga di selingi dengan nyanyian.
Content
Pada suatu hari mickey, donald, prof.Otto, dan goofy sedang berada di laboratorium untuk mencoba peralatan baru prof. Otto, yaitu mesin waktu. Kemudian goofy disuruh mencobanya, goofy ingin menjadi seorang ksatria. Namun ada kerusakan pada mesin tersebut. Goofy berubah menjadi bayidan semua orang terkejut. Kemudian mickey dan yang lainnya mendapatkan tugas untuk menjaga goofy dan prof. Otto memperbaiki mesin waktu tersebut...

Bercerita tentang karakter Jabrik si badak bercula satu dan si putri yang ketakuatan karena pada saat itu sedang terjadi hujan dan mati lampu. Mereka berdua berusaha untuk melawan ketakutan mereka. Namun setiap kali ada suara petir, mereka berteriak ketakutan. Kemudian mereka mencoba untuk mengusir ketakutan tersebut dengan cara bernyanyi, sehingga hati mereka merasa senang. Tak lama lampu pun menyala dan kemudian pak Bagus datang dan menjelaskan kenapa bisa terjadi mati lampu. Dan akhirnya mereka bertiga bernyanyi bersama..
Tujuan/ materi yang ingin disampaikan/ pelajaran yang bisa di ambil
Bagaimana bertanggung jawab atas tugas yang telah di berikan serta bertanggung jawab atas apa yang telah di lakukan
Bagaimana cara mengatasi ketakutan ketika hujan dan disertai mati lampu
Sasaran pembaca/ penonton
·      Sasaran penonton film ini lebih cocok ditujukan untuk anak-anak sekolah dasar karena didalam film terebut terdapat pembelajaran-pembelajaran yang banyak ditujukan pada anak-anak.
·      Cocok untuk semua jenis kelamin karena karakter-karakter yang ada sangat diminati oleh anak-anak dan materi yang disampaikan bisa mengena pada semua kalangan.
·      Semua umur namun lebih cocok untuk anak usia sekolah dasar karena karakter di film tersebut lebih disukai oleh anak-anak.
·      Cocok untuk laki-laki dan perempuan karena di film tersebut dapat diterima oleh semua jenis kelamin.
Pengemasan media (kelebihan & kelemahan)
·      Isi dari film tersebut sangat menarik. Tujuan-tujuan yang ingin disampaikan dibuat untuk mudah dingerti oleh anak-anak dan juga orang dewasa.
·      Bahasa yang digunakan masih banyak menggunakan bahasa inggris karena untuk bahasa indonesia sendiri filmnya masih sedikit yang keluar.
·      Sesuai dengan masalah yang sering dihadapi oleh anak-anak yang bermasalah dengan kegelapan,
·      Pada film tersebut tidak hanya menampilkan karakter boneka saja tetapi juga karakter manusia seperti pak Bagus
Teori yang relevan
Pada teori  Sosial Learning milik Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran social adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.

Analisa dari kedua media:
Data di atas memiliki media yang sama, yaitu media film. Film merupakan salah satu media yang sangat dekat dengan anak-anak saat ini. Melalui film anak-anak dapat belajar banyak hal, entah itu baik maupun yang buruk. Pada kedua film tersebut sama-sama memiliki sisi edukasi atau pembelajaran. Pada teori milik Albert Bandura yaitu Sosial Learning dijelaskan bahwa inti dari pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran. Pada anak-anak yang suka melihat film, tingkah laku mereka bisa muncul karena ia melihat dan memodelling tingkah laku yang ada pada film tersebut. Sehingga modelling ini apabila tidak di arahkan pada jalur yang benar akan berdampak pada tingkah lakunya yang menjurus pada hal yang negatif. Peran orang tua sangatlah penting dalam penbentukan perilaku dan kepribadian anak. Di masa teknologi yang canggih ini, anak-anak bisa mendapatkan segala macam informasi. Disini orang tua dituntut untuk selalu mengawasi anak-anaknya.
Film di atas bisa menjadi contoh untuk media pembelajaran bagi anak. Karena film tersebut memiliki banyak sekali sisi edukasinya. Apabila si anak bisa mencontoh perilaku yang ada pada film tersebut, merupakan suatu hal yang baik bagi anak itu sendiri. Namun ada sisi dimana anak kurang bisa mengerti apa yang di maksudkan pada film-film edukasi seperti itu, sehingga peran orang tua untuk menjelaskan tujuan dan inti film sangatlah diperlukan. Teori pembelajaran social berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori-teori sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks social dimana tingkah laku ini muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak peristiwa pembelajaran terjadi dengan perantaraan orang lain. Maksudnya, sewaktu melihat tingkah laku orang lain, individu akan belajar meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya. Sehingga pembelajaran bagi anak-anak bisa di ambil dari mana saja, tanpa terkecuali film edukasi seperti di atas.
My opinion / Conclusion:
Dari kedua film di atas, saya lebih menyukai “Jalan Sesama” karena dalam film tersebut terdapat pembelajaran yang lebih universal, maksudnya pada film tersebut tidak monoton dalam menyelesaikan masalah dan banyak diselingi hiburan atau nyanyian yang ditujukan untuk menyelesaikan suatu masalah tersebut. Sehingga anak yang menonton tidak bosan. Sedangkan pada film “Mickey Mouse Clubhouse”, menurut saya hanya menang di kartun karena kartun memang sangat menarik bagi anak-anak. Namun penyampaian tentang tujuan yang ingin di ungkapkan kurang bisa mengena pada anak-anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar